Senin, 12 September 2016

Sejarah Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)



Sejarah Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)

Review

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mahasiswa Mata Kuliah Asuhan Kebidanan (Askeb) Kehamilan Pada Semester Genap
Tahun Ajaran 2014 / 2015

http://spmbpoltekkessolo.files.wordpress.com/2011/02/logo-jurusan.gif







Disusun  Oleh :
1.         Arifah Putri Hastuti                     NIM : P27224014010
2.         Intan Ayu Fatmawati                   NIM : P27224014040
                                        3.        Anin sita                                      NIM  : P27224014005
      
       Kelas             :  Reguler A
Instruktur      :  Siti Yulaikah, S.SiT.,M.Kes.



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
Jl. Ksatrian No.2, Danguran, Klaten 57425 Telp. (0272) 321941



Sejarah Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)

Sejarah asuhan kehamilan terkait erat dengan sejarah kebidanan.  Bidan berasal dari kata latin yaitu “OBSTO” yang artinya mendampingi, dalam bahasa Perancis dikenal dengan kata “OBSTETRICUS”, dalam bahasa Belanda dikenal dengan sebutan “OBSTETRIE”.
Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban diantaranya di Yunani dan di Romawi, di Tiongkok dan India, di mana praktek kedokteran sudah mencapai tingkat tinggi. Pada tahun 460 sampai 377 sebelum Masehi, Hippocrates dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
Pada masa itu pertolongan pada wanita hamil dam melahirkan sepenuhnya diserahkan kepada wanita-wanita penolong persalinan, yang umumnya tidak mempunyai pengetahuan tentang kebidanan kecuali yang hidup pada zaman Romawi dan Yunani. Pertolongan berdasar pada pengalaman, kepercayaan yang diperoleh dari penolong-penolong terdahulu.
Kemudian lahirlah para dokter pria yang walaupun tidak melakukan praktek kebidanan, tetapi menaruh perhatian besar terhadap fisiologi dan patologi kehamilan dan persalinan. Termasuk diantaranya Hipocrates, Soranus, Rufus, Galenus dan Celsus (Wiknjosastro 2002,hal.5).
Selanjutnya Wiknjosastro (2002,hal.5-7) menjelaskan bahwa pada tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk penolong persalinan yang berjudul “Der Schwangern Frauen Und Hebammen Rosengarten”.
Pada tahun 1598 dibuka sekolah bidan pertama di Munchener Gebaranstalt, kemudian diikuti sekolah di hotel Dieu di Paris dan Gebaranstalt des Burgerspitals di Strassburg.  
Pada tahun 1837 Thomas Bull  membuat buku pertama yang khusus membahas penanganan wanita hamil. Pada tahun 1878 Pinard  menulis tentang bahaya kelainan letak janin  dan menganjurkan pemeriksaan wanita hamil untuk mengetahui letak janin dalam uterus. Selanjutnya pada tahun 1895 beliau memberitahukan adanya rumah di Paris untuk merawat wanita hamil  yang terlantar , dan menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita ini  umumnya lebih besar dari bayi wanita-wanita yang bekerja terus sampai persalinan mulai.
Jean Lubumen dari Perancis menemukan stetoskop pada tahun 1819, dan pertama mendengar DJJ tahun 1920.
John Braxton Hicks dari Inggris tahun 1872 menggambarkan kontraksi uterus selama kehamilan yang dikenal dengan kontrksi Braxton-Hicks. Di Inggris ( Edinburg) dalam tahun 1899 disediakan tempat untuk merawat wanita hamil pada The Royal Maternity Hospital.Dr.Ballentyne adalah dokter yang berjasa  dalam menganjurkan pro maternity hospital untuk wanita hamil yang memerlukan perawatan.
Selanjutnya di Amerika serikat (BOSTON) dilangsungkan usaha baru, dimana anggota-anggota Intructive Nursing Association mengadakan kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya pada tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston Lying-in Hospital untuk pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh oleh Negara-negara lain, dan kini klinik antenatal sudah tersebar di seluruh dunia. Salah satunya adalah Negara Belanda.
Adapun Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
a.         Pelayanan Antenatal
Bidan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal. Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
b.         Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan.
c.         Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.

Pada zaman pemerintahan Belanda di Indonesia Angka kematian Ibu dan Anak sangat tinggi, karena penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1850  dibuka kursus kebidanan oleh seorang bidan VOC untuk meringankan penderitaan masyarakat pribumi. Banyak orang Indonesia mengikuti kursus yang diadakan oleh Bidan VOC.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.
Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan adanya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, penyuluhan gizi, pemberdayaan masyarakat serta pemberian makanan tambahan.
Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.  Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Oleh Pemerintah adanya program KIA dan BKIA menjadi prioritas tinggi keberadaannya ke pelosok daerah sehingga meningkatkan asuhan pada ibu hamil. Pada tahun1995 adanya program bidan desa juga dalam rangka meningkatkan asuhan. Dalam pelaksanaannya asuhan kehamilan selalu mengikuti perubahan  zaman dan tuntunan masyarakat.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA khususnya dalam pelayanann kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja dirumah sakit dimana pelayanan yang diberiklan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar