Sejarah Asuhan Kehamilan (Antenatal Care)
Review
Disusun
Untuk Melengkapi Tugas Mahasiswa Mata Kuliah Asuhan Kebidanan (Askeb) Kehamilan
Pada Semester Genap
Tahun
Ajaran 2014 / 2015
Disusun Oleh
:
1.
Arifah Putri Hastuti NIM : P27224014010
2.
Intan Ayu Fatmawati NIM : P27224014040
3.
Anin
sita
NIM : P27224014005
Kelas : Reguler A
Instruktur : Siti Yulaikah,
S.SiT.,M.Kes.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
Jl. Ksatrian No.2,
Danguran, Klaten 57425 Telp. (0272) 321941
Sejarah Asuhan
Kehamilan (Antenatal Care)
Sejarah asuhan
kehamilan terkait erat dengan sejarah kebidanan. Bidan berasal dari
kata latin yaitu “OBSTO” yang artinya mendampingi, dalam bahasa Perancis
dikenal dengan kata “OBSTETRICUS”, dalam bahasa Belanda dikenal dengan sebutan
“OBSTETRIE”.
Dalam sejarah manusia
terdapat peradaban-peradaban diantaranya di Yunani dan di Romawi, di Tiongkok
dan India, di mana praktek kedokteran sudah mencapai tingkat tinggi. Pada tahun
460 sampai 377 sebelum Masehi, Hippocrates dianggap sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran.
Pada masa itu
pertolongan pada wanita hamil dam melahirkan sepenuhnya diserahkan kepada
wanita-wanita penolong persalinan, yang umumnya tidak mempunyai pengetahuan
tentang kebidanan kecuali yang hidup pada zaman Romawi dan Yunani. Pertolongan
berdasar pada pengalaman, kepercayaan yang diperoleh dari penolong-penolong
terdahulu.
Kemudian lahirlah para
dokter pria yang walaupun tidak melakukan praktek kebidanan, tetapi menaruh
perhatian besar terhadap fisiologi dan patologi kehamilan dan persalinan.
Termasuk diantaranya Hipocrates, Soranus, Rufus, Galenus dan Celsus
(Wiknjosastro 2002,hal.5).
Selanjutnya
Wiknjosastro (2002,hal.5-7) menjelaskan bahwa pada tahun 1513 Eucharius Roeslin
menerbitkan buku pelajaran untuk penolong persalinan yang berjudul “Der
Schwangern Frauen Und Hebammen Rosengarten”.
Pada tahun 1598 dibuka
sekolah bidan pertama di Munchener Gebaranstalt, kemudian diikuti sekolah di
hotel Dieu di Paris dan Gebaranstalt des Burgerspitals di
Strassburg.
Pada tahun 1837 Thomas
Bull membuat buku pertama yang khusus membahas penanganan wanita
hamil. Pada tahun 1878 Pinard menulis tentang bahaya kelainan letak
janin dan menganjurkan pemeriksaan wanita hamil untuk mengetahui letak
janin dalam uterus. Selanjutnya pada tahun 1895 beliau memberitahukan adanya
rumah di Paris untuk merawat wanita hamil yang terlantar , dan
menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita
ini umumnya lebih besar dari bayi wanita-wanita yang bekerja terus
sampai persalinan mulai.
Jean Lubumen dari Perancis menemukan stetoskop
pada tahun 1819, dan pertama mendengar DJJ tahun 1920.
John Braxton Hicks
dari Inggris tahun 1872 menggambarkan kontraksi uterus selama kehamilan yang
dikenal dengan kontrksi Braxton-Hicks. Di Inggris ( Edinburg) dalam tahun 1899
disediakan tempat untuk merawat wanita hamil pada The Royal Maternity
Hospital.Dr.Ballentyne adalah dokter yang berjasa dalam menganjurkan
pro maternity hospital untuk wanita hamil yang memerlukan perawatan.
Selanjutnya di Amerika
serikat (BOSTON) dilangsungkan usaha baru, dimana anggota-anggota Intructive
Nursing Association mengadakan kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita
hamil. Akhirnya pada tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston Lying-in
Hospital untuk pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini
dicontoh oleh Negara-negara lain, dan kini klinik antenatal sudah tersebar di
seluruh dunia. Salah satunya adalah Negara Belanda.
Adapun Pelayanan -
Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
a.
Pelayanan Antenatal
Bidan Belanda lebih berhak praktek mandiri
daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan
layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan
postnatal. Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan
untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah
dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal
di Belanda.
b.
Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan
dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan
mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan
alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka
yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan.
c.
Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal
dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pada zaman
pemerintahan Belanda di Indonesia Angka kematian Ibu dan Anak sangat tinggi,
karena penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1850 dibuka
kursus kebidanan oleh seorang bidan VOC untuk meringankan penderitaan
masyarakat pribumi. Banyak orang Indonesia mengikuti kursus yang diadakan oleh
Bidan VOC.
Pada tahun 1952 mulai
diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas
pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang
pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan
melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB)
pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar
lain di nusantara.
Seiring dengan
pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan adanya
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi
pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, penyuluhan gizi, pemberdayaan
masyarakat serta pemberian makanan tambahan.
Dari BKIA inilah yang
akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi
pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Mulai tahun 1990
pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat.
Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun
1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Oleh Pemerintah adanya
program KIA dan BKIA menjadi prioritas tinggi keberadaannya ke pelosok daerah
sehingga meningkatkan asuhan pada ibu hamil. Pada tahun1995 adanya program
bidan desa juga dalam rangka meningkatkan asuhan. Dalam pelaksanaannya asuhan
kehamilan selalu mengikuti perubahan
zaman dan tuntunan masyarakat.
Adapun tugas pokok
bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA khususnya dalam pelayanann
kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru
lahir termasuk pembinaan dukun bayi. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada
kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja dirumah sakit
dimana pelayanan yang diberiklan berorientasi pada individu. Bidan di rumah
sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar