BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Status
kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap masa depan kesejahteraan janin
dan merupakan suatu cerminan dari keadaan janin yang aktual. Status
kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak semua ibu mengetahuinya.
Bukan hanya faktor fisik ibu yang dapat dinilai dengan status kesehatan,
melainkan juga sehat dalam arti ibu tidak merasa terpaksa mempersiapkan segala
sesuatu untuk kehamilannya (faktor sosbud dan ekonomi). Dengan begitu
sangat perlu bagi para tenaga kesehatan untuk memahami seluruh kebutuhan ibu
dalam masa antenatal, intranatal dan postnatal yang akan sangat menunjang
proses persalinan nanti.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana faktor lingkungan, social,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi kehamilan terhadap kebiasaan adat
istiadat ?
2.
Bagaimana faktor lingkungan, social,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi kehamilan terhadap fasilitas kesehatan ?
3.
Bagaimana faktor lingkungan, social,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi ekonomi ?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui faktor lingkungan, social,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi kehamilan terhadap kebiasaan adat istiadat.
2.
Mengetahui faktor lingkungan, social,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi kehamilan terhadap fasilitas kesehatan.
3.
Mengetahui faktor lingkungan, social,
budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi kehamilan terhadap ekonomi.
D.
Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini adalah :
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca.
2.
Mengetahui faktor
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi yang berpengaruh pada kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kebiasaan dan Adat Istiadat
Ada
beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana jangan sampai
menyinggung “kearifan local” yang sudah berlaku di daerah tersebut.Penyampaian
mengenai pengaruh adat dapat melalui berbagai teknik, misalnya melalui media
masa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang menggunakan media
efektif. Namun, tenaga kesehatan juga tidak boleh mengesampingkan adanya
kebiasaan yang sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan. Jika kita menemukan
adanya adat yang sama sekali tidak berpengaruh buruk terhadap kesehatan, tidak
ada salahnya jika memberikan respon yang positif dalam rangka menjalin hubungan
yang sinergis dengan masyarakat.
Lingkungan
adat ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan secara turun temurun sejak
dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata caranya hingga sekarang yang
tentunya dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan tersebut diantaranya adalah :
1.
Mitos
Mitos
ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan masyarakat tetentu
pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada daerah tertentu yang
memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa larangan atau hal yang
harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut dilakukan akan berdampak
pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada mereka. Di Indonesia,
utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos (larangan) seputar
kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan, keseharian, tindak
tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu hamil ataupun
si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa
mitos bahkan dipercaya sebagai amanat / pesan dari nenek moyang yang jika tidak
ditaati akan menimbulkan dampak / karma yang tidak menyenangkan.
Padahal
jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi
aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek
moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan
kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan
hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada kenyataannya.
Pada
dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam
tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun suaminya dapat menjaga
kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat.
Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang
berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.
Berikut
adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan kehamilan:
a.
Tradisi masa kehamilan :
1)
Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh
binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai
dengan perbuatannya itu.
Fakta: Tentu saja tak demikian.
Cacat janin disebabkan oleh kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau
pengaruh radiasi. Sedangkan gugurnya janin paling banyak disebabkan karena
penyakit, gerakan ekstrem yang dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena
psikologis (misalnya shock, stres, pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh
atau menganiaya binatang adalah perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
2)
Membawa gunting kecil / pisau / benda
tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya
Fakta: Hal ini justru lebih
membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
3)
Ibu hamil tidak boleh keluar malam,
karena banyak roh jahat yang akan mengganggu janin.
Fakta: secara psikologis, Ibu hamil
mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga pada malam hari tidak dianjurkan
bepergian.
Secara medis-biologis, ibu hamil
tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama, apalagi larut malam. Kondisi ibu
dan janin bisa terancam karena udara malam kurang bersahabat disebabkan banyak
mengendapkan karbon dioksida (CO2).
4)
Ibu hamil tidak boleh benci terhadap
seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang
dibenci tersebut.
Fakta: Jelas ini bertujuan supaya
Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya agar tidak membenci seseorang
berlebihan.
5)
Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang
dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.
Fakta: Secara medis-biologis,
lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak dipengaruhi oleh makanan pisang
dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah sebuah mitos.
6)
“Amit-amit” adalah ungkapan yang harus
diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil ketika melihat peristiwa
yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin
terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta: Secara psikologis, perilaku
tersebu justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat.
7)
Ngidam adalah perilaku khas perempuan
hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal
kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air
liur.
8)
Dilarang makan nanas, nanas dipercaya
dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.
Fakta: Secara medis-biologis, Getah
nanas muda mengandung senyawa yang dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas
yang sudah tua atau disimpan lama akan semakin berkurang kadar getahnya.
Demikian juga nanas olahan. Yang pasti nanas mengandung vitamin C (asam
askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik untuk kesehatan.
9)
Jangan makan buah stroberi, karena
mengakibatkan bercak-bercak pada kulit bayi.
Fakta: Tak ada kaitan bercak pada
kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu diingat, jangan makan stroberi
terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin memang bayi mengalami infeksi
saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga timbul bercak-bercak pada
kulitnya.
10)
Jangan makan ikan mentah agar bayinya
tak bau amis.
Fakta: Bayi yang baru saja
dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit berbau amis darah. Tapi ini
bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil, melainkan karena aroma (bau)
cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan ikan matang. Karena
kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.
11)
Jangan minum air es agar bayinya tak
besar. Minum es atau minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau
membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar.
Fakta: Sebenarnya, yang menyebabkan
bayi besar adalah makanan yang bergizi baik dan faktor keturunan. Minum es tak
dilarang, asal tak berlebihan. Karena jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa
sesak dan ini tentu membuat ibu hamil merasa tak nyaman. Lagipula segala
sesuatu yang berlebihan akan selalu berdampak tak baik.
12)
Wanita hamil dianjurkan minum minyak
kelapa (satu sendok makan per hari) menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses
persalinan berjalan lancar.
Fakta: Ini jelas tidak berkaitan.
Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa,
asam lemak, dan lain-lain agar mudah diserap oleh usus.
b.
Upacara Adat Masa Kehamilan
1)
Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu
Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan
belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah
disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai
pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul
hamil.
Namun
sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan
menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat
ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara
Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat,
biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan
selamat.
2)
Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara
Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung
7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang
melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup,
maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur
dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja
terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari
dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian
biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.
Di
samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil ,
dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan.
Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin
seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang
dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa.
Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil,
hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin
seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah
digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan
agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin,
seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan
manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya
mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah
selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak
kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu
kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka
membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk
bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang
sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb.
Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah
rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
3)
Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara
sembuilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam
upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat
lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar
bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan
waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi
tumpeng atau makanan lainnya.
4)
Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara
Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang mengandung lebih dari
sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi belum melahirkan juga,
perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti munding atau
kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua
itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan.
Pada
pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung
beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada kandang
kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang
hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil
dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah
mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan
dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang
dilaksanakan.
B.
Fasilitas Kesehatan
Adanya
fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih
tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas
kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka
kesehatan ibu (AKI).
1.
Fasilitas kesehatan yang lengkap akan
mendukung dalam target penurunan AKI dan AKB
2.
Fasilitas kesehatan di tingkat desa
PUSTU, pondok bersalin yang disediakan untuk bidan PTT
3.
Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah
kelurahan biasanya kurang lengkap sehingga pada pelaksanaannya apabila ada ibu
hamil yang memerlikan tindakan kegawat daruratan
4.
Dirujuk ke rumah sakit yang ada di
wilayah kabupaten dimana mempunyai fasilitas perlengkapan alat yang lebih
lengkap, dan tenaga medis, dokter spesialis lebih banyak
Untuk
itu sebagai bidan harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang luas agar
dalam memberikan pelayanan pada masyarakat setidaknya bisa memberikan
pertolongan pertama pada tindakan kegawat daruratan
Adanya
fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat menguntungkan kualitas pelayanan
kepada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih
tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil. Fasilitas
kesehatan ini sangat menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka
kesehatan ibu (AKI).
Pemanfaatan
pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia belum sepenuhnya
sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung menyulitkan tenaga
kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil secara
teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor resiko kehamilan
yang penting segera di tangani. Fasilitas kesehatan
Kurangnya
pemanfaatan antenatal care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan faktor-faktor:
1.
Predis posisi (predis porsing factors)
Terwujud dalam pendidikan jumlah
anak, pendidikan suami, sikap, umur, pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu
hamil dan sebagaimnya.
2.
Pemungkin atau pendukung (enabling
factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi,
biaya antenatal care, fasilitas pelayanan antenatal care, waktu tunggu dan
sebagainya.
3.
Penguat (reinforcing factors )
Terwujud dalam perilaku petugas
pelayanan antenatal care, sikap petugas pelayanan antenatal care, sikap tokoh
masyarakat.
Dampak
dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamilakan menimbulkan
kerugian tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh buruk bagi
anak yang akan dilahirkan
Penyebab
kematian ibu di Indonesia antara lain
:
1.
Perdarahan
2.
Infeksi dan eklamsia
3.
Anemia
4.
Terlalu muda atau tua,sering dan banyak
Salah satu fasilitas kesehatan, yaitu Puskesmas. Puskesmas
adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di kecamatan dimaksudkan
sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik2 kesehatan yang bertanggung
jawab atas kesehatan rakyat.
Sasaran
pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus yang memerlukan asuhan
keperawatan yang terdiri dari :
a.
Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah
usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah,
Diare, Ispa,/Penumonia), penderita penyakit degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian
akan dilakukan tindak lanjut
dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah buruknya kondisi
pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah buruknya kondisi
pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
b.
Sasaran Non Prioritas
Adalah
sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan kesehatan lainnya.
Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan, kontrol pasca operasi,
perawatan luka bakar, pembersihan kotoran ditelinga, circumcisi/kithan,
pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung, oksigenasi, dan tindakan lain sesuai
dengan ketersediaan sarana di masing-masing Puskesmas.
Masyarakat
golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok orang miskin.
Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat pendidikan dan
ketrampilan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat produktivitas dan
minimnya permodalan menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat
pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya posisi tawar dengan pihak
luar. Masing-masing seperti mata rantai yang membentuk lingkaran kemiskinan
yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya berdampak pada penurunan
pendapatan per kapita.
Tipe
rumah sakit di Indonesia terdiri dari :
1. Rumah
sakit umum
2. Rumah
sakit terspesialisasi
3. Rumah
sakit penelitian atau pendidikan
4. Rumah
sakit lembaga atau perusahaan
5. Klinik
Perubahan
kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya kinerja rumah
sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui keputusan
Dirjen Pelayanan Medik.
Sasaran
pelayanan / macam-macam pelayanan yang diberikan :
1.
Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis
2.
Pelaksanaan pelayanan medis tambahan,
pelayanan penunjang medis
3. Melaksanakan
pelayanan kedokteran kehakiman
4. Melaksanakan
pelayanan medis khusus
5. Melaksanakan
pelayanan rujukan kesehatan
6. Melaksanakan
pelayanan kedokteran gigi
7. Melaksanakan
pelayanan kedokteran social
8. Melaksanakan
pelayanan penyuluhan kesehatan
9. Melaksanakan
pelayanan penyuluhan rawat jalan
10. Atau
rawat darurat dan rawat tinggal.
C.
Ekonomi
Tingkat
social ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat social ibu hamil yang baik
otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.
Status gizi pun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas,
selain itu ibu tidak akan terbebani secara psikologis mengenai biaya persalinan
dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari setelah bayinya lahir.
Ekonomi
juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga
dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin,
merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya
dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat
tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan
baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
kehamilan ada beberapa faktor yang memengaruhi kehamilan salah satunya adalah
faktor lingkungan, social, budaya dan ekonomi. Baik dari segi kebiasaan adat
istiadat, fasilitas kesehatan dan status ekonomi.
B.
Saran
1)
Saran untuk masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat
memahami betapa pentingnya mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin jadi masyarakat harus dapat berfikir realistis bahwa
kebiasaan adat yang kurang baik atau bahkan dapat merugikan jangan ditiru.
2)
Saran untuk ibu hamil
Ibu hamil diharap dapat memilih
yang terbaik bagi kondisi bayi dan janin ibu sendiri jangan mengikuti adat yang
dapat merugihkan bagi si ibu dan bayi kebutuhan gizi harus simbang agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan juga faktor lingkungan sangat
berperan dalam kondisi ibu dan bayi hindari polo-pola yang buruk dan ekonomi
harus diperhatikan agar saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dapat
ditangani dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar