Evidance Based dalam Praktik Kebidanan
REVIEW
Disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan
Pembimbing : Ibu Siti Yulaikhah,
S.Si.T., M.Keb.
Disusun oleh :
D III Reguler A
/ Semester II
- Ferdiana D M S / P27224013248
- Dera Hilwa Y / P27224014020
- Ernawati / P27224014030
Jurusan
Kebidanan
Kementrian
Kesehatan
Politeknik
Kesehatan Surakarta
Tahun 2015
Evidence Based Kebidanan
dalam Asuhan Persalinan
A.
Latar
Belakang
Ilmu
kebidanan adalah
ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan,
dan kala nifas
serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan
adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan,
dan kala nifas
serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya
dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan
suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu
dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih
mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan
perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan segara untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan
perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di
Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan angka
kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan
perinatal yang dialami sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan
salah satu usaha yang sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan
kebidanan
yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada
evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan
sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat
mengendalikan asuhan kebidanan
sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan
tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
B.
Tujuan
C.
Manfaat
2.
Untuk
meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada asuhan persalinan
terkini
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Evidence
Based Midwifery (Practice)
EBM didirikan oleh RCM
dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar
untuk pertumbuhan tubuh bidan
berorientasi akademis. RCM Bidan
Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887
(Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan
pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan
terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi
baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang
diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan
penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan.
EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian
murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003
(Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan
dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan
dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton,
2003).
EBM mengakui nilai yang
berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal
kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis
filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis,
kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan
benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian
lebih lanjut.
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin,10)
Sedangkan persalinan
normal menurut WHO adalah persalinan
yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selama proses persalinan.
Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usiakehamilan
antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan
ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Di
dalam asuhan Persalinan
terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu
mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:
1.
Aspek
Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan
Klinik (Clinical Decision Making).
2.
Aspek
Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi
3.
Aspek
Pencegahan Infeksi
4.
Aspek
Pencatatan (Dokumentasi)
5.
Aspek
Rujukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tingginya
kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan,
eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab
utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang
dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa
terakhir terfokus pada:
a)
Keluarga
Berencana
b)
Asuhan
Antenatal Terfokus
Memantau
perkembangan kehamilan,
mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan
dan kesediaan menghadapi komplikasi
c)
Asuhan
Pascakeguguran
Menatalaksanakan
gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
Kajian
dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan
bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
terjadinya kesakitan dan kematian
Dalam
upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya
keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan
sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi
yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya
Fokus asuhan persalinan
normal adalah persalinan
bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan
pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani
komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan
bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan
terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut
diatas:
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan
dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan
harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan,
diantaranya manipulasi minimal proses persalinan,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan.
Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinanpatologis dan dilakukan saat ibu
masih dalam kondisi yang optimal.
2.
Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak
lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinanakan
mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi
atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3.
Retensio
plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan
untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta
dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan
tali pusat terkendali.
4.
Partus
Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan
normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin
serta kemajuan proses persalinan.
Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman
selama proses persalinan
berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan,
menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga
klien
5.
Asfiksia
Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir
dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan
memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan,
mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan
sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang
menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk
menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat,
penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan
pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk
mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi
asfiksia dan mencegah hipotermia.
6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar
persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinanakan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinanakan berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinanakan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinanakan berlangsung lebih cepat.
Asuhan
sayang ibu dalam proses persalinan :
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan
sebelumnya yang berdasarkan evidence based terkini, terbukti dapat mencegah
atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat
yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir. Karena sebagian besar persalinan di
Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana
tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka
paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat
tersebut. Jika semua penolong persalinan
dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara
aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan
secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka
semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau
kematian ibu dan bayi baru lahir.
B.
Saran
Diharapkan
akan adanya peningkatan jumlah bidan
terlibat dalam penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan
khususnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya
penurunan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar